PEMBUAT SARANG
YANG SEMPURNA
HARUN
YAHYA
Perpustakaan Nasional RI: data
katalog dalam terbitan (KDT)
Yahya, Harun
Lebah Madu; Pembuat Sarang yang Sempurna / Harun Yahya ;
alih bahasa, Sunarsih; editor, Habib Rijzaani, -- Jakarta ;
Global Cipta Publishing, 2003.
56 halaman ; 21 cm – (Seri Ilmu Pengetahuan Populer Anak ; 2)
Judul Asli : Honeybees That Build Perfect Combs.
ISBN 979-96943-5-3
1. Lebah I. Judul II. Sunarsih
III. Rijzaani, Habib IV. Seri
599.769.2
Judul Asli:
Honeybees That Build Perfect
Combs
Penulis:
Harun Yahya
Penerbit:
Goodword Books Publishers, 2001
Judul Terjemahan:
Lebah Madu Pembuat Sarang yang
Sempurna
Alih Bahsa:
Suanrsih
Editor:
Eri Soekresno
Habib Rijzaani
Setting & Lay Out:
Ivanovsky
Desain Cover:
Abu Hanif
Dicetak oleh:
Global Printing
Diedarkan oleh:
Cipta Distribusi
Penerbit:
PT. Globalmedia Cipta Publishing
Kompleks Golden Plaza Fatmawati Blok A No. 32
Jl Raya Fatmawati Jakarta 12420
Telp. (021) 7665936, 75901062 Fax. (021) 75903902
Cetakan Pertama, Rabiul Awal 1424 H, Mei 2003 M
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan
atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1), dipidana dengan
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(UU RI No. 7 Tahun 1987)
Globalmedia
Tahukah kamu tentang lebah madu?
Pernahkah kamu menontonnya di televisi? Atau bahkan melihatnya sedang terbang
ke sana kemari? Tapi aku yakin masih banyak yang belum kamu ketahui tentang
mereka.
Suatu hari, Ibu, Ayah dan aku pergi ke taman untuk
lari-lari. Aku senang sekali di sana. Tetapi yang paling menyenangkan adalah
aku mengenal teman baru ketika kami beristirahat. Aku tak akan pernah lupa,
walaupun tubuhnya mungil.
Kamu mungkin ingin tahu siapa dia, kan? Dia adalah seekor lebah madu
yang cantik. Ia mendekatiku dengan terbang berputar-putar.
Mulanya aku takut disengatnya karena ia terbang sangat dekat...
Aku berteriak, “Jangan! Jangan sengat aku. Aku tak
ingin disakiti!” Tapi, anehnya, tiba-tiba lebah itu berbicara kepadaku.
“Aku tidak akan menyengatmu. Aku hanya ingin
berteman denganmu.”
“Benarkah?” tanyaku.
“Kenalkan, aku seekor lebah pekerja. Aku tinggal
di dalam batang pohon itu, bersama dengan ribuan temanku.”
“Wah! Temanmu banyak sekali! Apa saja yang kalian
lakukan sehari-hari?”
“Kami
membersihkan sarang, mengumpulkan makanan dan membawanya ke sarang, membuat
madu, menghangatkan sarang dan menjaganya...”
“Tidakkah kalian lelah mengerjakan itu semua?”
“Ah, tidak. Kami tidak pernah merasa lelah. Kami
lebah pekerja saling berbagi tugas. Aku, misalnya, sekarang sedang membangun
kotak-kotak untuk menyimpan madu...”
“Aku jadi penasaran, bagaimana kalian dilahirkan?”
“Pernahkah kamu mendengar ada seekor ratu di
setiap masyarakat lebah madu? Sang ratu adalah lebah paling besar di antara
lebah-lebah betina. Ia bertelur pada waktu-waktu tertentu. Tetapi kami tidak
muncul dari telur begitu saja. Yang keluar dari telur adalah ulat-ulat putih
yang disebut larva. Larva itu tanpa mata dan sayap atau kaki. Kemudian, dalam
beberapa waktu mereka terbungkus sebagai kepompong. Sementara itu, mereka
diberi makan dan akan keluar dari kepompong dengan rupa seperti aku.”
“Hebat sekali!
Tapi, kalian sangat banyak, tidakkah terjadi kekacauan di dalam sarang?
“O, tidak
pernah. Sarang kami sangat teratur. Ribuan lebah hidup bersama secara damai
dengan tugasnya masing-masing.”
“Sungguh
menarik! Aku masih belum tahu bagaimana kalian dapat teratur meskipun jumlahnya
sangat banyak. Ayahku seorang manajer perumahan, tapi ia sulit menjaga
ketertiban di sana. Tetapi kamu katakan kalian tidak mempunyai masalah seperti
itu!
“Kamu
pantas terkejut! Para ilmuwan pun juga terpesona dengan hal ini. Mereka mencari
tahu bagaimana keteraturan bisa dijaga. Bagaimana setiap lebah tahu tugasnya.
Bagaimana lebah sebanyak itu dapat bekerja sama dengan baik. Aku dapat
memberikan jawabannya dengan singkat. Setiap kami mempunyai tugas tertentu;
kami bekerja keras dan melakukan tugas kami dengan sungguh-sungguh. Kami juga
berusaha agar tidak mengganggu ketertiban di dalam sarang.”
Aku masih mendengarkan lebah pekerja itu dengan
kagum. Tiba-tiba Ibuku memanggil, “Umar! Umar! Di mana kau, nak? Kita sudah mau
pulang.”
“Ibu memanggilku. Aku harus pergi sekarang. Aku
senang bertemu denganmu. Terima kasih atas semua ceritamu!”
“Aku juga
senang menemanimu. Mungkin kita bisa bertemu lagi! Bagaimana kalau kita bertemu
lagi di sini pekan depan? Jika kamu mau, aku bisa membawamu ke sarang kami dan
memperlihatkan kamar-kamar madu kami.”
“Wah, pasti
akan menyenangkan! Semoga orang tuaku bersedia datang lagi pekan depan.
“Baiklah, sampai jumpa pekan depan.”
Sesampai di rumah, aku segera membuka ensiklopedi
binatang hadiah ulang tahunku dari ayah. Segera aku buka halaman-halamannya dan
kutemukan bagian mengenai lebah madu. Aku melihat gambar seekor lebah madu. Aku
rindu teman kecilku…”
Aku membaca buku itu dengan penuh kekaguman. Aku
sangat terpesona hingga tidak merasakan berlalunya waktu. Ibuku menjadi
bertanya-tanya mengapa aku diam di kamar begitu lama. Dengan penuh semangat aku
langsung bercerita kepada beliau tentang lebah.
“Ibu tahu
tidak kalau lebah madu itu benar-benar menakjubkan? Coba Ibu dengarkan bagian
akhir dari yang kubaca ini. Lebah madu betina bertugas membersihkan kamar-kamar
sarang. Mereka mengeluarkan kotoran yang ditinggalkan lebah-lebah yang menetas
dari kepompong mereka, lebah-lebah yang mati di dalam sarang dan segala sesuatu
yang bukan menjadi bagian dari sarang. Tahukah Ibu apa yang mereka lakukan
kalau menemukan kotoran yang terlalu besar untuk diangkut ke luar sarang?
Mereka membungkus kotoran itu dengan zat yang disebut “propolis”. Zat ini dapat
mencegahnya menjadi sumber bakteri yang akan membahayakan kesehatan lebah lain
di sarang. Sulit dipercaya, tetapi propolis adalah zat anti bakteri, yaitu zat
yang mencegah bakteri untuk tumbuh…
Tahukah Ibu darimana mereka mendapatkan zat ini?
Bagaimana makhluk mungil ini bisa mengetahui sifat kimia suatu zat begitu
banyaknya? Sampai di situlah aku membaca. Aku akan ceritakan bagaimana mereka
membuat zat itu…”
“Lebah memang kecil tetapi
sangat cerdas… Namun, kecerdasaan itu bukanlah hasil usaha mereka. Ada Sang
Pencipta yang mengajari apa yang mereka kerjakan. Ketika seusiamu, Ibu juga
membaca buku tentang lebah. Ibu kagum seperti dirimu. Jika
kamu suka, bacalah terus. Ibu akan senang mendengarnya,“ kata ibu.
Ibu keluar dari kamar untuk menyiapkan makan
malam. Pertanyaan itu masih ada dalam pikiranku: dari mana lebah madu
memperoleh zat yang disebut propolis? Dari mana mereka belajar kegunaannya? Aku
lanjutkan membaca dengan penuh rasa ingin tahu.
Buku itu juga menceritakan bagaimana lebah madu
menghasilkan propolis. Pertama, memakai rahang bawahnya, mereka mengumpulkan
zat yang disebut resin dari tunas berlendir pada pohon-pohon tertentu.
Mereka kemudian membuat propolis dengan mencampur resin tersebut dengan
air liur mereka, dan mengangkutnya ke sarang dalam kantung khusus pada kaki
mereka.
Lebah madu membungkus semua benda yang tak dapat
mereka keluarkan dari sarang dengan zat itu. Dengan cara ini, benda-benda itu
tidak akan menjadi tempat tumbuh bakteri sehingga tidak membahayakan. Pekerjaan
ini mirip dengan pembuatan mumi.
Tapi siapakah yang mengajari lebah madu
mengerjakan itu semua? Bagaimana mereka mengetahui bahwa lebah yang mati atau
kotoran dapat membahayakan lebah-lebah di dalam sarang? Hal semacam ini tentu
tidak diketahui oleh seekor serangga. Bahkan aku pun baru mempelajari hal ini
sekarang. Aku jadi semakin ingin tahu. Mungkinkah lebah madu mempunyai
kesadaran seperti manusia?
Aku belum tahu jawabannya, aku teruskan saja
membaca. Aku berkata sendiri, “Sekarang aku mengerti bahwa aku belum tahu
apa-apa mengenai lebah! Banyak pertanyaan yang tak kuketahui jawabannya. Tapi
aku yakin akan menemukan jawabannya. Cepat atau lambat.”
Buku itu juga menjelaskan bagaimana lebah membuat
madu. Sebenarnya aku sudah tahu kalau lebah madulah yang membuat madu. Tapi aku
tak tahu, bagaimana mereka membangun kamar-kamar madu. Apalagi cara mereka
membangun kamar-kamar itu adalah sebuah keajaiban tersendiri!
Kamar-kamar madu berbentuk segi enam atau
heksagonal. Lebah madu memulai pembuatan kamar itu dari bagian atas sarang.
Dimulai dari beberapa titik, mereka membuat dua atau tiga baris ke bawah. Aku
sungguh tak mengerti bagaimana kamar-kamar tersebut bisa tersusun sedemikian
rapi padahal pembuatannya dimulai dari beberapa titik? Apalagi, tak ada
tanda-tanda penyambungan di antara kamar-kamar tersebut.
Aku pernah memperhatikan Ibu sedang merajut. Ibu
selalu memulai dari satu titik. Aku membayangkan apa jadinya rajutan itu jika
ibu memulainya dari tiga titik yang berbeda… Boleh jadi hasilnya akan terlihat
kurang bagus! Kalau begitu, lebah madu pastilah binatang yang sangat teliti…
Aku mengambil selembar kertas dan pensil. Dimulai
dari beberapa tempat, aku mulai menggambar segi enam-segi enam. Aku berusaha
mempertemukan deretan segi enam tersebut di tengah-tengah kertas. Aku
menggambar tanpa bantuan penggaris, jangka dan tanpa membuat perhitungan.
Aku tahu bahwa itu tak mungkin berhasil. Lalu
bagaimana para lebah madu dapat mengerjakannya? Bagaimana mereka dapat
membangun kamar-kamar segi enam dengan baik?
Hal lain yang menarik adalah bahwa lebah yang lain
segera mengerti sampai dimana pembangunan tersebut. Pada saat lebah-lebah
sedang meneruskan pembangunan sarang, sekelompok lebah yang lain akan bergabung
dan memulai pembuatan kamar dari titik yang lain. Walaupun begitu tak ada
kekacauan dalam bekerja. Lebah tetap menghasilkan bangunan yang sempurna.
Aku juga membaca bagian tentang teknik pembuatan
madu. Aku sangat terpesona membaca proses luar biasa ini. Buku itu bercerita
bahwa asal madu adalah nectar yang dikumpulkan lebah dari bunga-bunga
dan bakal buah. Setelah dikumpulkan, nektar ini diubah menjadi madu.
Ada lagi yang penting dalam buku itu. Lebah harus
kerja keras untuk menghasilkan madu. Maksudnya begini, 900 ekor lebah harus
bekerja seharian untuk mengumpulkan setengah kilogram nektar. Bahkan ada yang
lebih mengherankan lagi: 17 ribu ekor lebah harus mengunjungi 10 juta bunga
untuk menghasilkan 450 gram madu murni. Sebuah pekerjaan yang amat berat bagi
mereka. Namun demikian, lebah tetap bekerja keras dan menghasilkan madu yang
jumlahnya lebih dari yang mereka butuhkan. Ditambah lagi, mereka tidak memakai
sebagian besar dari madu tersebut, malahan menawarkannya kepada kita.
Sungguh mengherankan. Meski panjang tubuhnya hanya
sekitar tiga sentimeter, lebah-lebah bekerja sangat menakjubkan. Apa yang
menjadi sumber kesadaran, keterampilan, dan kekuatan ini? Bagaimana mereka bisa
memiliki kebijakan, kesadaran, dan pengetahuan tentang kimia dan matematika?
Mengapa mereka bekerja begitu keras untuk menghasilkan madu?
Kubawa bukuku kepada Ayah. Aku ceritakan semua
yang telah aku pelajari, dan bertanya bagaimana lebah bisa memperoleh segala
kemampuannya itu. Sambil tersenyum, Ayah mengusap kepalaku dan berkata:
“Kamu benar. Kita melihat pelajaran dan karya seni
yang tinggi dalam kehidupan lebah. Tetapi apakah itu hanya pada lebah? Sebenarnya,
semua binatang memiliki keteraturan yang sempurna. Bahkan dalam setiap bagian
alam semesta ini! Ayah akan membacakan sebuah ayat dari al Qur’an mengenai
lebah. Dengarkan baik-baik!
“Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah
sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang
dibuat manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu
keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat
yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An Nahl
[16]: 68-69)
“Sekarang
aku mulai mengerti, Ayah. Allahlah yang menyuruh lebah untuk bertingkahlaku
demikian. Allah sangat sayang kepada kita hingga Allah meminta lebah untuk
membuat madu yang berguna sebagai obat. Sungguh menyenangkan dapat mengerti
kebaikan Allah.
“Kamu pasti
kagum jika mengamati kesempurnaan semut, nyamuk, unta, burung, ikan, bunga,
pohon, bintang, lautan atau semua yang ada di muka bumi. Semua ini menunjukkan
bahwa setiap bagian alam semesta ini diatur dengan seni yang indah. Inilah
karya seni Allah, yang menciptakanmu, Ayah dan Ibu, lebah, burung betet,
kelinci, tupai, planet, angkasa, matahari, dan seisi alam semesta. Allahlah
tuhan segala sesuatu.
Segala sesuatu terjadi dengan ijinNya dan atas
kehendakNya. Dialah pencipta lebah madu. Semua yang mereka lakukan adalah
dengan ijinNya. Kehebatan binatang ini menunjukkan kebaikan Allah yang tak
tertandingi. Semua serba ajaib, jika kamu melihat segala sesuatu di
sekelilingmu.”
Ayahku benar. Segala yang dilihat di sekeliling
kita menunjukkan adanya Allah yang Maha Perkasa. Aku yakin benar, “Allahlah
yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana, Pencipta segala sesuatu.”
Akhirnya aku menemukan semua jawaban dari
pertanyaanku. Lebah madu tidaklah memiliki kelebihan seperti yang kamu lihat!
Tidak mungkin bagi mereka untuk mempunyai kelebihan seperti itu! Apa yang
mereka lakukan adalah atas petunjuk Allah, pencipta mereka, sehingga mereka
mampu menampilkan kehebatan yang membuat kita semua kagum.
Sepekan ini kuhabiskan waktu untuk memberitahu
setiap orang yang aku temui tentang lebah madu. Baik ibu, ayah, keponakan serta
teman-temanku. Di akhir pekan aku meminta Ayah untuk menemaniku ke taman lagi.
“Ayah,
akhir pekan ini kita lari santai lagi, kan?”
“Sebenarnya
Ayah tidak berencana ke sana akhir pekan ini. Tapi kalau kamu mau, mengapa
tidak?”
Aku sangat senang mendengarnya. Aku bertanya-tanya
akankah aku bertemu lebah madu yang dulu lagi.
Aku semakin gembira, ketika kami sampai di taman.
Aku tak sabar untuk bertemu dengan lebah madu itu lagi. Aku mulai berlari-lari
bersama ayah. Tak berapa lama, kami sampai di tempat aku pertama kali bertemu
dengan lebah itu. Aku katakan kepada Ayah bahwa aku ingin melihat-lihat di
sekitar tempat itu. Ayah mengijinkan, tapi memintaku agar tidak pulang
terlambat. Aku segera berlari ke tempat pertemuan kami. Temanku ternyata telah
ada di sana menunggu. Sepertinya ia telah menunggu cukup lama.
“Hai! Aku
senang bertemu denganmu lagi!”
“Aku juga!
Selamat datang! Senang bertemu kamu. Aku akan tunjukkan sarang lebah hari ini.”
“O, ya?
Tahu tidak, aku memikirkan kamar madumu yang mengagumkan itu selama sepekan?
Aku tak sabar untuk melihatnya!”
Dari sebuah pohon beberapa langkah dariku, suara
dengungan mulai terdengar. Aku tak berani mendekatinya jika tidak bersama
temanku ini. Lebah mungil itu berjanji bahwa tak akan terjadi apa-apa denganku.
Aku percaya padanya.
Ketika kami semakin dekat dengan batang pohon itu,
aku ingat betapa indah di dalamnya. Bunyi terdengar berdengung-dengung. Lebah
madu adalah salah satu binatang pekerja keras. Mereka bekerja tanpa henti dan
menghasilkan madu yang lezat dan berguna untuk manusia.
Teman mungilku menunjukkan kamar-kamar madu.
Kamar-kamar madu itu tersusun dengan sangat rapi. Setiap orang pasti
bertanya-tanya bagaimana makhluk mungil ini bisa membuatnya.
Aku melihat kamar-kamar tersebut tersusun atas
segienam-segienam yang sempurna. Dalam pelajaran matematika pekan lalu, aku
menanyakan tentang segienam kepada guruku. Beliau menjelaskan tentang segienam,
tapi aku masih belum mengerti.
Aku tanyakan kepada temanku bagiamana cara
pembuatan kamar madu segienam tersebut. Ia mengatakan kalau lebah madu yang
umurnya lebih tua akan dapat menjelaskannya dengan lebih baik. Ia kemudian
meminta lebah madu tua menjawab pertanyaanku:
“Ketika
kami membangun kamar segienam, sudut bagian dalam kamar adalah hal yang
penting. Kami harus membuat setiap sudut 120 derajat. Selain itu, kemiringan
kamar terhadap tanah juga sangat penting. Jika kami memperhatikan petunjuk yang
pertama dan tidak menghiraukan syarat yang ke dua, kamar itu tak akan terbentuk
dengan sempurna. Semua madu yang kami simpan akan tumpah ke tanah.
“Wah maaf,
aku sulit memahaminya. Bagaimana lebah madu dapat melakukan perhitungan ini
tanpa kesalahan? Bagaimana kalian bisa membuat tiap sudut tepat 120 derajat?
Apalagi kalian tidak memakai peralatan ketika membangun sarang. Aku ingat
kertas yang ada bentuk-bentuk geometris tak beraturan saat aku mencoba membuat
susunan segi enam yang benar... Aku semakin kagum pada kalian!”
“Janganlah
kagum pada kami. Kami tidak melakukan itu karena keahlian kami. Itu semua
adalah keahlian bawaan. Artinya, kami dilahirkan lengkap dengan keahlian itu.
Kami tidak memperoleh pelatihan atau semacamnya.”
“Kalian
menunjukkan pelajaran yang mulia! Setiap orang perlu belajar hal-hal yang
kalian lakukan. Jika boleh, aku ingin bertanya lagi.”
“Silakan...”
“Mengapa
kalian membangun kamar madu dalam bentuk segienam?”
“Oh itu…
Kamu ingin tahu mengapa kami tidak membuatnya dalam bentuk bujursangkar,
segitiga, segilima atau segidelapan? Jika kami membuatnya dalam bentuk lain
selain segienam, akan ada bagian yang tak terpakai antar kamar. Bila demikian
kami hanya dapat menyimpan sedikit madu dan perlu lebih banyak lilin untuk
menutupi daerah yang kosong.
Sebenarnya kami dapat menyimpan dalam kamar
segiempat atau segitiga. Tapi segienam adalah bentuk dengan keliling paling
pendek. Segienam membutuhkan lilin lebih sedikit dibandingkan segitiga atau
segiempat. Jadi, kamar segienam dapat menyimpan madu lebih banyak dengan
menggunakan lilin yang sedikit.”
Aku tak percaya dengan apa yang kudengar! Aku mendapat
pelajaran teknik dari lebah madu yang mungil dan cantik... Masih ada beberapa
hal yang ingin aku tanyakan. Tetapi hari semakin sore, kami meninggalkan Lebah
Tua dan menemui ayahku.
“Aku telah
belajar banyak darimu dan dari lebah madu yang lain. Sekarang aku sadar bahwa
dulu aku tidak menyadari keindahan yang kulihat! Kamu telah mengajariku bahwa
ada keteraturan yang sempurna di alam semesta.
Mulai sekarang, aku berharap dapat melihat seluruh
kesempurnaan ini. Terima kasih banyak!”
“Tak perlu
berterimakasih teman kecilku. Ingatlah, kesempurnaan ini bukan berasal dari
kami. Kami hanya mengerjakan apa yang telah diajarkan kepada kami. Sampai
jumpa!”
Begitu meninggalkan lebah madu tersebut, aku
mendengar Ayah memanggilku.
Hari semakin sore. Aku segera kembali menemui
ayahku, tetapi aku masih ingat kepada teman kecilku! Ketika aku memasuki mobil,
kumelihat kupu-kupu. Ia memiliki paduan warna dan bentuk yang indah pada
sayapnya. Aku akan pergi ke perpustakaan besok dan belajar lebih banyak tentang
kupu-kupu.
Tak ada yang mampu menghitung semua keindahan yang
diciptakan Allah. Aku sadar bahwa masih sangat banyak yang harus dipelajari...
“Mereka menjawab: Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami
ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (QS. Al Baqarah [2]: 32)
Halaman Belakang
Teman-temanku semua …
Tahukah kamu tentang lebah madu?
Pernahkah kamu menyaksikannya di televisi? Atau bahkan melihatnya sedang terbang
ke sana kemari?
Lebah memang kecil tetapi sangat cerdas… Mereka
membuat kamar-kamar madu berbentuk segi enam. Tahukan kalian, bagaimana
kamar-kamar tersebut bisa tersusun sedemikian rapi padahal pembuatannya dimulai
dari beberapa sudut dan tempat?
Juga, ketika membangun kamar segienam, lebah madu
memperhitungkan sudut bagian dalam kamar dan kemiringan terhadap tanah. Mengapa
demikian?
Banyak lagi keajaiban-keajaiban lebah yang akan
aku ceritakan kepadamu.
Oleh karena itu, mari bersamaku menjelajahi dunia
lebah madu, pembuat sarang yang sempurna!
1 komentar:
SUBHANALLOH
Posting Komentar